Pada Cerita Sex Hot berikut, gw ingin berbagi kisah seputar seorang
mahasiswi cantik yang doyan sex bebas. Silahkan disimak cerita dewasa
fina digilir 5 peronda dibawah ini.
Sejak keperawananku hilang di SMA fina selalu ingin ngentot dan
ngentot lagi. Mungkin laki-laki yang sudah memasukkan kontolnya ke
memekku tak bisa terhitung banyaknya. Aku seakan selalu saja ingin
dipuaskan oleh kontol-kontol yang gede dan tahan lama. Nah cerita dewasa
nya begini, aku baru saja pulang dari rumah temanku seusai mengerjakan
tugas kelompok salah satu mata kuliah.
Tugas yang benar-benar melelahkan
itu akhirnya selesai juga hari itu. Ketika aku meninggalkan rumah
temanku langit sudah gelap, arlojiku menunjukkan pukul 8 lebih. Yang
kutakutkan adalah bensinku tinggal sedikit sekali, padahal rumahku cukup
jauh dari daerah ini lagipula aku agak asing dengan daerah ini karena
aku jarang berkunjung ke temanku yang satu ini. Di perjalanan aku
melihat sebuah pom bensin, tapi harapanku langsung sirna karena begitu
mau membelokkan mobilku ternyata pom bensin itu sudah tutup, aku jadi
kesal sampai menggebrak setirku, terpaksa kuteruskan perjalanan sambil
berharap menemukan pom bensin yang masih buka atau segera sampai ke
rumah.
Ketika sedang berada di sebuah kompleks perumahan yang cukup sepi dan
gelap, tiba-tiba mobilku mulai kehilangan tenaga, aku agak panik hingga
kutepikan mobilku dan kucoba menstarternya, namun walupun kucoba
berulang-ulang tetap saja tidak berhasil, menyesal sekali aku gara-gara
tadi siang terlambat kuliah jadi aku tidak sempat mengisi bensin
terjebak tidak tahu harus bagaimana, kedua orang tuaku sedang di luar
kota, di rumah cuma ada pembantu yang tidak bisa diharapkan bantuannya.
Tidak jauh dari mobilku nampak sebuah pos ronda yang lampunya menyala
remang-remang. Aku segera turun dan menuju ke sana untuk meminta
bantuan, setibanya di sana aku melihat 5 orang di sana sedang
ngobrol-ngobrol, juga ada 2 motor diparkir di sana, mereka adalah yang
mendapat giliran ronda malam itu dan juga 2 tukang ojek.
“Ada apa Non, malam-malam begini? Nyasar ya?”, tanya salah seorang
yang berpakaian hansip. “Eeh.. itu Pak, Bapak tau nggak pom bensin yang
paling dekat dari sini tapi masih buka, soalnya mobil saya kehabisan
bensin”, kujawab sambil menunjuk ke arah mobilku. “Wah, kalo pom bensin
jam segini sudah tutup semua Non, ada yang buka terus tapi agak jauh
dari sini”, timpal seorang Bapak berkumis tebal yang ternyata tukang
ojek di daerah itu. “Aduuhh.. gimana ya! Atau gini aja deh Pak, Bapak
kan punya motor, mau nggak Bapak beliin bensin buat saya, ntar saya
bayar kok”, tawarku. Untung mereka berbaik hati menyetujuinya, si Bapak
yang berkumis tebal itu mengambil jaketnya dan segera berangkat dengan
motornya. Tinggallah aku bersama 4 orang lainnya.
“Mari Non duduk dulu di sini sambil nunggu”. Seorang pemuda berumur
kira-kira 18 tahunan menggeser duduknya untuk memberiku tempat di kursi
panjang itu. Seorang Bapak setengah baya yang memakai sarung menawariku
segelas air hangat, mereka tampak ramah sekali sampai-sampai aku harus
terus tersenyum dan berterima kasih karena merasa merepotkan. Kami
akhirnya ngobrol-ngobrol dengan akrab, aku juga merasakan kalau mereka
sedang memandangi tubuhku, hari itu aku memakai celana jeans ketat dan
setelan luar berlengan panjang dari bahan jeans, di dalamnya aku memakai
tanktop merah yang potongan dadanya rendah sehingga belahan dadaku agak
terlihat. Jadi tidak heran si pemuda di sampingku selalu berusaha
mencuri pandang ingin melihat daerah itu.
Kompleks itu sudah sepi sekali saat itu, sehingga mulai timbul niat
isengku dan membayangkan bagaimana seandainya kuberikan tubuhku untuk
dinikmati mereka sekalian juga sebagai balas budi. Sehubungan dengan
cuaca di Jakarta yang cukup panas akhir-akhir ini, aku iseng-iseng
berkata, “Wah.. panas banget yah belakangan ini Pak, sampai malam gini
aja masih panas”. Aku mengatakan hal tersebut sambil mengibas-ngibaskan
leher bajuku kemudian dengan santainya kulepaskan setelan luarku,
sehingga nampaklah lenganku yang putih mulus. Mereka menatapku dengan
tidak berkedip, agaknya umpanku sudah mengena, aku yakin mereka pasti
terangsang dan tidak sabar ingin menikmati tubuhku. Si pemuda di
sampingku sepertinya sudah tak tahan lagi, dia mulai memberanikan diri
membelai lenganku, aku diam saja diperlakukan begitu. Salah satu dari
mereka, seorang tukang ojek berusia 30 tahunan mengambil tempat di
sebelahku, tangannya diletakkan diatas pahaku, melihat tidak ada
penolakan dariku, perlahan-lahan tangan itu merambat ke atas hingga
sampai ke payudaraku. Aku mengeluarkan desahan lembut menggoda ketika si
tukang ojek itu meremas payudaraku, tanganku meraba kemaluan pemuda di
sampingku yang sudah terasa mengeras.
Melihat hal ini kedua Bapak yang dari tadi hanya tertegun serentak
maju ikut menggerayangi tubuhku. Mereka berebutan menyusupkan tangannya
ke leher tanktop-ku yang rendah untuk mengerjai dadaku, sebentar saja
aku sudah merasakan kedua buah dadaku sudah digerayangi tangan-tangan
hitam kasar. Aku mengerang-ngerang keenakan menikmati keempat orang itu
menikmatiku. “Eh.. kita bawa ke dalam pos aja biar aman!”, usul si
hansip. Mereka pun setuju dan aku dibawa masuk ke pos yang berukuran 3×3
m itu, penerangannya hanya sebuah bohlam 40 watt. Mereka dengan tidak
sabaran langsung melepas tank top dan bra-ku yang sudah tersingkap. Aku
sendiri membuka kancing celana jeansku dan menariknya ke bawah. Keempat
orang ini terpesona melihat tubuhku yang tinggal terbalut celana dalam
pink yang minim, payudaraku yang montok dengan puting kemerahan itu
membusung tegak. Ini merupakan hal yang menyenangkan dengan membuat pria
tergiur dengan kemolekan tubuhku, untuk lebih merangsang mereka, kubuka
ikat rambutku sehingga rambutku terurai sampai menyentuh bahu.
Si hansip menyuruh seseorang untuk berjaga dulu di luar khawatir
kalau ada yang memergoki, akhirnya yang paling muda diantara mereka
yaitu si pemuda itu yang mereka panggil Mat itulah yang diberi giliran
jaga, Mat dengan bersungut-sungut meninggalkan ruangan itu. Si hansip
mendekapku dari belakang dan tangannya merogoh-rogoh celana dalamku,
terasa benar jari-jarinya merayap masuk dan menyentuh dinding
kewanitaanku, sementara di tukang ojek membungkuk untuk bisa mengenyot
payudaraku, putingku yang sudah menegang itu disedot dan digigit kecil.
Kemudian aku dibaringkan pada tikar yang mereka gelar disitu. Mereka
bertiga sudah membuka celananya sehingga terlihatlah tiga batang yang
sudah mengeras, aku sampai terpana melihat batang mereka yang
besar-besar itu, terutama punya si hansip, penisnya paling besar
diantara ketiganya, hitam dan dipenuhi urat-urat menonjol.
Celana dalamku mereka lucuti jadi sekarang aku sudah telanjang bulat.
Aku langsung meraih penisnya, kukocok lalu kumasukkan ke mulutku untuk
dijilat dan dikulum, selain itu tangan lembutku meremas-remas buah
zakarnya, sungguh besar penisnya ini sampai tidak muat seluruhnya di
mulutku yang mungil, paling cuma masuk tiga perempatnya. Si tukang ojek
mengangkat sedikit pinggulku dan menyelipkan kepalanya di antara kedua
belah paha mulusku, dengan kedua jarinya dia sibakkan kemaluanku
sehingga terlihatlah vagina pink-ku di antara bulu-bulu hitam. Lidahnya
mulai menyentuh bagian dalam vaginaku, dia juga melakukan
jilatan-jilatan dan menyedotnya, tubuhku menggelinjang merasakan birahi
yang memuncak, kedua pahaku mengapit kencang kepalanya karena merasa
geli dan nikmat di bawah sana. Bapak bersarung menikmati payudaraku
sambil penisnya kukocok dengan tanganku dan payudaraku yang satunya
diremasi si hansip yang sedang ku-karaoke.
Aku sering melihat sebentar-sebentar Mat nongol di jendela
mengintipku diperkosa teman-temannya, nampaknya dia sudah gelisah karena
tidak sabaran lagi untuk bisa menikmati tubuhku. Tak lama kemudian aku
mencapai orgasme pertamaku melalui permainan mulut si tukang ojek pada
kemaluanku, tubuhku mengejang sesaat, dari mulutku terdengar erangan
tertahan karena mulutku penuh oleh penis si hansip. Cairanku yang
mengalir dengan deras itu dilahap olehnya dengan rakus sampai terdengar
bunyi, “Slurrpp.., sluupp..”. Puas menjilati vaginaku, si tukang ojek
meneruskannya dengan memasukkan penisnya ke vaginaku, eranganku
mengiringi masuknya penis itu, cairan cintaku menyebabkan penis itu
lebih leluasa menancap ke dalam. Aku merasakan nikmatnya setiap
gesekannya dengan melipat kakiku menjepit pantatnya agar tusukannya
semakin dalam. Bapak bersarung menggeram-geram keenakan saat penisnya
kujilati dan kuemut, sedangkan si hansip sekarang sedang meremas-remas
payudaraku sambil menjilati leher jenjangku. Aku dibuatnya kegelian
nikmat oleh jilatan-jilatannya, selain leher dia jilati juga telingaku
lalu turun lagi ke payudaraku yang langsung dia caplok dengan mulutnya
Beberapa saat lamanya si tukang ojek menggenjotku, tiba-tiba
genjotannya makin cepat dan pinggulku dipegang makin erat, akhirnya
tumpahlah maninya di dalam kemaluanku diiringi dengan erangannya, lalu
dia lepaskan penisnya dari vaginaku. Posisinya segera digantikan oleh si
hansip yang mengatur tubuhku dengan posisi bertumpu pada kedua tangan
dan lututku. Kembali vaginaku dimasuki penis, penis yang besar sampai
aku meringis dan mengerang menahan sakit ketika penis itu. “Wuah.. memek
Non ini sempit banget, untung banget gua hari ini bisa ngentot sama
anak kuliahan.. emmhh.. ohh..”, komentar si hansip.
Sodokan-sodokannya benar-benar mantap sehingga aku merintih keras
setiap penis itu menghujam ke dalam, kegaduhanku diredam oleh Bapak
bersarung yang duduk mekangkang di depanku dan menjejali mulutku dengan
penisnya, penis itu ditekan-tekankan ke dalam mulutku hingga wajahku
hampir terbenam pada bulu-bulu kemaluannya. Aku sangat menikmati
menyepong penisnya, kedua buah zakarnya kupijati dengan tanganku,
sementara di belakang si hansip mengakangkan pahaku lebih lebar lagi
sambil terus menyodokku, si tukang ojek beristirahat sambil
memain-mainkan payudaraku yang menggantung. Si Bapak bersarung akhirnya
ejakulasi lebih dulu di mulutku, dia melenguh panjang dan meremas-remas
rambutku saat aku mengeluarkan teknik mengisapku, kuminum semua air
maninya, tapi saking banyaknya ada sedikit yang menetes di bibirku.
“Wah, si Non ini.. cantik-cantik demen nenggak peju!”, komentar si
tukang ojek melihatku dengan rakus membersihkan penis si Bapak bersarung
dengan jilatanku.
Tiba-tiba pintu terbuka, aku sedikit terkejut, di depan pintu muncul
si Mat dan si tukang ojek berkumis tebal yang sudah kembali dari membeli
bensin. “Wah.. ngapain nih, ngentot kok gak ngajak-ngajak”, katanya.
“Iya nih, cepetan dong, masa gua dari tadi cuma disuruh jaga, udah
kebelet nih!”, sambung si Mat. “Ya udah, lu dua-an ngentot dulu sana,
gua yang jaga sekarang”, kata si tukang ojek yang satu sambil merapikan
lagi celananya. Segera setelah si tukang ojek keluar dan menutup pintu,
mereka berdua langsung melucuti pakaiannya, si Mat juga membuka kaosnya
sampai telanjang bulat, tubuhnya agak kurus tapi penisnya lumayan juga,
pas si tukang ojek berkumis melepas celananya barulah aku menatapnya
takjub karena penisnya ternyata lebih besar daripada punya si hansip,
diameternya lebih tebal pula. “Gile, bisa mati kepuasan gua, keluar satu
datang dua, mana kontolnya gede lagi!”, kataku dalam hati.
Si hansip yang masih belum keluar masih menggenjotku dari belakang,
kali ini dia memegangi kedua lenganku sehingga posisiku setengah
berlutut. Si Mat langsung melumat bibirku sambil meremas-remas dadaku,
dan payudaraku yang lain dilumat si tukang ojek itu. Nampak Mat begitu
buasnya mencium dan memain-mainkan lidahnya dalam mulutku, pelampiasan
dari hajat yang dari tadi ditahan-tahan, aku pun membalas perlakuannya
dengan mengadukan lidahku dengannya. Kumis si tukang ojek yang lebat itu
terasa sekali menyapu-nyapu payudaraku memberikan sensasi geli dan
nikmat yang luar biasa. Si Bapak bersarung sekarang mengistirahatkan
penisnya sambil mencupangi leher jenjangku membuat darahku makin
bergolak saja memberi perasaan nikmat ke seluruh tubuhku. Ketika aku
merasa sudah mau keluar lagi, sodokan si hansip pun terasa makin keras
dan pegangannya pada lenganku juga makin erat. “Aaahh..!”, aku mendesah
panjang saat tidak kuasa menahan orgasmeku yang hampir bersamaan dengan
si hansip, vaginaku terasa hangat oleh semburan maninya, selangkanganku
yang sudah becek semakin banjir saja sampai cairan itu meleleh di salah
satu pahaku. Tubuhku sudah basah berkeringat, ditambah lagi cuaca yang
cukup gerah.
Setelah mencapai klimaks panjang mereka melepaskanku, lalu si Bapak
bersarung berbaring di tikar dan menyuruhku menaiki penisnya. Baru saja
aku menduduki dan menancapkan penis itu, si tukang ojek menindihku dari
belakang dan kurasakan ada sesuatu yang menyeruak ke dalam anusku. Edan
memang si tukang ojek ini, sudah batangnya paling besar minta main
sodomi lagi. Untung daerah selanganku sudah penuh lendir sehingga
melicinkan jalan bagi benda hitam besar itu untuk menerobosnya, tapi
tetap saja sakitnya terasa sekali sampai aku menjerit-jerit kesakitan,
kalau saja ada orang lewat dan mendengarku pasti disangkanya sedang
terjadi pemerkosaan. Dua penis besar mengaduk-aduk kedua liang
senggamaku, si Bapak bersarung asyik menikmati payudaraku yang
menggantung tepat di depan wajahnya. Si Mat berlutut di depan wajahku,
tanpa disuruh lagi kuraih penisnya dan kukocok dalam mulutku, tidak
terlalu besar memang, tapi cukup keras. Kulihat wajahnya merah padam
sambil mendesah-desah, sepertinya dia grogi
“Enak gak Mat? Kamu udah pernah ngentot belum?”, tanyaku di tengah
desahan. “Aduh.. enak banget Non, baru pernah saya ngerasain ngentot”,
katanya dengan bergetar. Aku terus mengemut penis si Mat sambil tanganku
yang satu lagi mengocok penis supernya si hansip. Si Mat
memaju-mundurkan pantatnya di mulutku sampai akhirnya menyemprotkan
maninya dengan deras yang langsung kuhisap dan kutelan dengan rakus.
Tidak sampai dua menit si tukang ojek menyusul orgasme, dia melepas
penisnya dari duburku lalu menyemprotkan spermanya ke punggungku. Si
Bapak bersarung juga sepertinya sudah mau orgasme, tampak dari
erangannya dan cengkeramannya yang makin erat pada payudaraku. Maka
kugoyang pinggulku lebih cepat sampai kurasakan cairan hangat memenuhi
vaginaku. Karena aku masih belum klimaks, aku tetap menaik-turunkan
tubuhku sampai 3 menit kemudian aku pun mencapainya.
Setelah itu si Bapak bersarung itu keluar dan si tukang ojek yang
tadi berjaga itu kembali masuk. “Aduh, belum puas juga nih orang.. bisa
pingsan gua lama-lama nih!”, pikirku Tubuhku kembali ditelentangkan di
atas tikar. Kali ini giliran si Mat, dasar perjaka.. dia masih terlihat
agak canggung saat ke mau mulai sehingga harus kubimbing penisnya untuk
menusuk vaginaku dan kurangsang dengan kata-kata “Ayo Mat, kapan lagi lu
bisa ngerasain ngentot sama cewek kampus, puasin Mbak dong kalo lu
laki-laki!”. Setelah masuk setengah kusuruh dia gerakkan pinggulnya
maju-mundur.
Tidak sampai lima menit dia nampak sudah terbiasa dan
menikmatinya. Si hansip sekarang naik ke dadaku dan menjepitkan penisnya
di antara kedua payudaraku, lalu dia kocok penisnya disitu. Aku melihat
jelas sekali kepala penis itu maju mundur di bawah wajahku. Si tukang
ojek berkumis menarik wajahku ke samping dan menyodorkan penisnya.
Kugenggam dan kujilati kepalanya sehingga pemiliknya mendesah nikmat,
mulutku tidak muat menampung penisnya yang paling besar di antara mereka
berlima. Aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain lagi, tubuhku dikuasai
sepenuhnya oleh mereka, aku hanya bisa menggerakkan tangan kiriku,
itupun untuk mengocok penis si tukang ojek yang satu lagi. Tubuhku basah
kuyup oleh keringat dan juga sperma yang disemburkan oleh mereka yang
menggauliku.
Setelah mereka semua kebagian jatah, aku membersihkan tubuhku dengan
handuk basah yang diberikan si hansip lalu memakai kembali pakaianku.
Mereka berpamitan padaku dengan meneput pantatku atau meremas dadaku. Si
tukang ojek berkumis mengantarku ke mobil sambil membawa sejerigen
bensin yang tadi dibelinya. Setelah membantuku menuangkan bensin
ternyata dia masih belum puas, dengan paksa dilepaskannya celanaku dan
menyodokkan penisnya ke vaginaku. Kami melakukannya dalam posisi berdiri
sambil berpegangan pada mobilku selama 10 menit. Untung saja tidak ada
orang atau mobil yang lewat disini. Setibanya di rumah aku langsung
mengguyur tubuhku yang bau sperma itu di bawah shower lalu tidur dengan
perasaan puas.
Sungguh pengalaman yang memuaskan, dan aku suka dengan seks liar
seperti ini. Pada kesempatan lain akan kuceritakan pengalamanku ngeseks
dengan pelatih mengemudiku, 2 orang pengamen, dosenku, satpam kampusku,
tukang becak yang mangkal di kompleksku, Pak RT, karyawan di kampusku,
dan lain sebagainya.
TERIMAKASIH TELAH MENYIMAK
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

1 komentar:
Click here for komentarfoto bugil cewek indo hot :
http://fotobugiltoket.blogspot.com
Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon